MAN 1 Indramayu – Beberapa perwakilan siswa MAN 1 Indramayu berpartisipasi dalam Focus Group Discussion Tradisi Bujanggaan: Sejarah, Manuskrip, dan Transformasinya di Era Digital yang dilaksanakan di Gedung Depot Arsip Dinas Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Kabupaten Indramayu yang berlokasi di Jl. MT Haryono No.49, Penganjang, Kec. Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada (25/04/2024).

Kegiatan Focus Group Discussion ini diselenggarakan oleh Yayasan Surya Pringga Dermayu bekerja sama dengan Program Dana Indonesiana Kategori Penciptaan Karya Kreatif dan Inovatif, LPDP dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kegiatan yang membahas tentang tradisi Bujanggaan yang terancam punah dari masyarakat Indramayu.

Tradisi Bujanggaan ialah tradisi dan seni dalam membaca manuskrip yang amat populer di Jawa pada abad ke- 17 hingga awal abad ke-20. Tradisi pembacaan manuskrip ini pada zamannya menjadi salah satu media penyebaran ilmu pengetahuan, nilai-nilai keagamaan, dan kearifan lokal secara turun-temurun. Salah satu wilayah yang masif akan adanya tradisi ini adalah Jawa Barat, termasuk Cirebon dan Indramayu. Beberapa teks yang kerap dibacakan seperti Serat Nabi Yusup, Jaransari Jaranpurnama, Candrakirana (Cerita Panji), Babad Dermayu, dan beragam teks naratif lainnya.

Sri Tanjung Sugiarti Tarka, S.Hum selaku Ketua Yayasan Surya Pringga Dermayu mengatakan bahwa kegiatan semacam ini sangat penting dilakukan dan dikenalkan kepada masyarakat luas, khususnya Masyarakat Indramayu.

“Di era digital seperti sekarang ini, tradisi Bujanggaan dan manuskrip-manuskripnya berada dalam kondisi terancam. Faktor yang menyebabkannya adalah regenarasi yang tidak berlangsung baik seiring maestro Bujanggaan yang sudah mulai tutup usia, adanya penentangan dari kelompok-kelompok keagamaan ekstrem tertentu sehingga mempengaruhi pandangan masyarakat, ketidakseriusan pemerintah daerah dalam pelestariannya, hingga adanya kesenjangan akses dan media penyebaran yang digunakan”. Ujar Sri Tanjung.

Lima orang siswa MAN 1 Indramayu turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Adalah Rurul, Ridho, Andrea, Desi, dan Fathur dari kelas XI yang sangat antusias mengikuti dan menjadi peserta aktif pada kegiatan ini. Mereka mengaku bahwa kegiatan semacam ini membuat mereka semakin tahu akan Sejarah dan kebudayaan daerah sendiri.

“Selama ini sedikit sekali yang kami tahu tentang sejarah dan tradisi di Indramayu. Sedikitnya kami hanya sekadar tahu tentang budaya Nadran, Ngarot. Ternyata ada tradisi Bujanggaan dan tadi sempat ditampilkan oleh para maestro. Mungkin masih banyak lagi lainnya yang belum kita ketahui tradisi di Indramayu”. Kata Desi.

Ridho menambahkan bahwa akan lebih asyik jika sebagai pelajar dapat ikut berpartisipasi dalam pengkajian dan penelitian Sejarah dan tradisi Indramayu.

“Pasti seru banget kalau kami sebagai pelajar juga bisa ikut berpartisipasi dalam pengkajian sejarah dan tradisi daerah yang sudah mulai punah dan tidak dikenal oleh masyarakatnya sendiri khususnya remaja di jaman sekarang”. Tambahnya.

Drs. Wahyudin, M.Ag, kepala MAN 1 Indramayu sangat mendukung para siswa yang dapat berpartisipasi aktif pada kegiatan di luar sekolah, termasuk kegiatan Focus Group Discussion ini yang juga melibatkan para pelajar di lingkungan Indramayu.

“Kegiatan semacam ini justru membuat para pelajar mengalami pembelajaran yang bermakna, apalagi untuk mengenal sejarah dan budaya Indramayu sebagai daerah tempat tinggal kita. Jadi, mereka tidak hanya mendapatkan materi di ruang-ruang kelas namun merasakan pengalaman sendiri mengetahui dan mendengarkan tradisi Bujanggaan dari para maestro yang masih melestarikannya juga memperoleh pengetahuan dan wawasan sejarah dan budaya dari para pemateri hebat lain yang ahli dibidangnya. Harapannya siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, agar mereka sadar dan tahu akan sejarah dan budaya daerahnya sendiri, hingga akhirnya muncul rasa cinta dalam diri mereka untuk turut serta melestarikan sejarah dan budaya yang ada di Indramayu khususnya.” Ujar Wahyudin.

Focus Group Discussion ini mendatangkan narasumber-narasumber hebat lain selain maestro tradisi Bujanggaan. Di antaranya Dr. Ruhaliah, M.Hum (Pakar Tradisi Wawacaan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung), Dr. Tendi (Pakar Sejarah Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati, Cirebon), Dr. Agung Zaenal Muttakin Raden (Pakar Desain Komuniasi Visual Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta), Supali Kasim (Pakar dan Praktisi Sastra Indramayu), dan Iskandar Zulkarnaen (Penulis Buku Sejarah Wiralodra dalam Arsip dan Naskah Kuno).

 

Penulis: Luthfiyah Rahmah

Editor: Dewi Anggraeni